Dari hasil survei yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS), usaha
peternakan itik baik milik usaha rumah tangga maupun usaha perorangan
dengan minimal 3.000 ekor itik per peternak, yang berhasil
mengembangkannya adalah peternak itik yang membuka usahanya di kawasan
pesisir pantai di Sumatera Utara (Sumut).
Itu, karena daerah pesisir yang berdekatan dengan pantai membuat para
peternak dengan mudah memperoleh dan membeli bahan pakan dari kaum
nelayan dengan harga murah. Selain pakan tersebut berasal dari biota
laut seperti siput, anak ikan dan sejenisnya yang dihasilkan nelayan
sebagai limbah hasil tangkapan, biota air tersebut banyak mengandung
kalori dan gizi yang diperlukan itik.
Sedangkan para peternak itik di daerah pemukiman yang jauh dari pantai
seperti dataran tinggi, kebanyakan mengalami kegagalan yang terus
menerus hingga menyebakan usahanya mengalami gulung tikar. Wajar saja,
karena para peternak memang terbebani dengan kost yang tinggi. Harga
pakan seperti jagung dan dedak semakin lama semakin melonjak, sementara
makanan berkalori dari biota air yang dibutuhkan itik sulit didapat.
Walaupun dapat diupayakan membelinya, namun harganya mungkin menjadi
mahal akibat biaya transportasi. Akhirnya makanan berkalori yang
diperlukan itik untuk merangsang supaya bertelur tidak terpenuhi. Ini
mengakibatkan itik tidak bertelur dan mengalami keafkiran yang sangat
panjang.
Dari pantauan MedanBisnis selama sepekan terakhir di kawasan pesisiran
kabupaten Langkat, menunjukan, kalangan peternak itik petelur yang ada
mampu bertahan dan berkembang. Misalnya, di Desa Pematang Cengal
Kecamatan Tanjungpura, ada 10 sentra kelompok usaha peternak itik. Satu
sentra terdiri 6-8 orang anggota kelompok ternak itik yang pernah
mendapat bantuan dari pemerintah. Usaha mereka per-sentranya menernakkan
itik peking petelur rata-rata 3.000 ekor.
Milik Paimanto di Pematang Cengal, misalnya, itik petelur tersebut
setiap harinya digembala di tepian sungai untuk dimandikan supaya
kondisi itik tetap sehat. Dan selanjutnya itik-itik tersebut kembali
dikarantina dalam lokasi kandang untuk bertelur dan makan. Sedangkan
pakannya didatangkan dari hasil laut oleh nelayan seperti siput rantai
dan anak ikan ditambah pakan lainnya berupa dedak kulit gabah.Ada juga
peternakan itik tertutup di kawasan pinggiran pantai di daerah
Pangkalanbrandan. Para peternak itik ini umumnya peternakan itik air
untuk memproduksi telur itik segar.
Iskandar (32), salah seorang peternak itik di Jalan Meriam Kelurahan Sei
Bilah Pangkalanbrandan kabupaten Langkat. Ini merupakan peternak itik
milik usaha per orangan dengan jumlah ternak 5.000 ekor dan mampu
memproduksi telur segar setiap harinya 3.000-an butir.
Cara peternakan yang dilakukannya adalah dengan cara membuat barak untuk
berkumpulnya itik dengan sistem pengurungan. Peternakan ini mampu
berkembang sejak ditekuninya lima tahun lalu. Semua pakan ternaknya
berasal dari biota air seperti jenis kerang dan anak ikan, serta
ditopang dengan dedak kulit gabah untuk membantu pertumbuhan bulu pada
itik .
“Usaha di tepi pantai bisa membantu memperkecil pengeluaran. Sedangkan
itik yang diternak juga cukup gizi dengan pemberian pakan dari laut yang
dibeli dari nelayan. Semua itik yang tidak lagi bertelur karena sudah
ketuaan, itu juga laku dijual dipasar,” sebut Iskandar kepada
MedanBisnis, Selasa (15/7).
0 komentar:
Posting Komentar